Utusan PBB untuk Myanmar Prihatin dengan Kesehatan Aung San Suu Kyi

- 5 September 2022, 14:02 WIB
Aksi warga menuntut Junta Militer Myanmar membebaskan  Aung San Suu Kyi .
Aksi warga menuntut Junta Militer Myanmar membebaskan Aung San Suu Kyi . /Tangkapan layar YouTube IFJ/

PR KARANGASEM - Noeleen Heyzer utusan khusus PBB untuk Myanmar, khawatir tentang perkembangan kesehatan pemimpin terguling Myanmar Aung San Suu Kyi yang telah ditahan sejak militer mencopotnya dari jabatannya dalam kudeta pada Februari 2021.

Selain itu, dia tidak akan mengunjungi negara itu lagi kecuali dia bisa melihat Aung San Suu Kyi.

Berbicara di ISEAS Yusof Ishak Institute di Singapura pada hari Senin 5 September 2022, Heyzer mencatat bahwa Aung San Suu Kyi telah dinyatakan bersalah atas kecurangan pemilu dan diberi tambahan tiga tahun penjara dengan kerja paksa.

Dia telah dinyatakan bersalah atas sejumlah pelanggaran lain di pengadilan militer rahasia, dengan hukuman gabungan 17 tahun penjara.

Baca Juga: Hamas Klaim Telah Mengeksekusi Lima Warga Palestina, Termasuk Dua Karena Berkhianat

“Saya sangat prihatin dengan kesehatannya dan mengutuk hukumannya untuk kerja paksa,” kata Heyzer dikutip Karangasem.Pikiran-Rakyat.com dari Aljazeera.

Heyzer mencatat bahwa dia telah menyatakan keprihatinannya tentang Aung San Suu Kyi kepada pemimpin kudeta Min Aung Hlaing selama diskusi mereka di Naypyidaw pada bulan Agustus lalu.

Dia juga meminta untuk bertemu Aung San Suu Kyi pada waktu itu dan meminta para pemimpin kudeta untuk mengizinkan pria berusia 76 tahun itu pulang.

"Saya diberitahu akan ada pertemuan pada akhirnya," katanya.

Baca Juga: Pusat Penelitian di Australia Mencoba Menemukan Obat Pandemi, Termasuk Mencoba Menemukan Obat HIV

Myanmar jatuh ke dalam krisis ketika militer merebut kekuasaan 18 bulan lalu, tepat ketika parlemen baru negara itu akan bersidang untuk pertama kalinya sejak pemilihan pada November 2020.

Perebutan kekuasaan menyebabkan protes nasional dan militer menanggapinya dengan kekerasan.

Dalam beberapa bulan sejak itu, situasinya menjadi semakin ganas dengan beberapa pengunjuk rasa mengangkat senjata dan militer membom desa-desa dan membakar rumah-rumah warga sipil dalam upaya untuk menghapus perlawanan terhadap kekuasaannya.

Sekitar 2.263 orang telah tewas sejak kudeta, menurut Asosiasi Bantuan Tahanan Politik, yang telah memantau situasi.

Pada bulan Juli, rezim militer menggantung empat pengkritiknya dalam sebuah langkah yang mengejutkan dunia.

Heyzer mengadakan pembicaraan langsung dengan Jenderal Senior Min Aung Hlaing saat berada di Naypyidaw, kunjungan pertamanya sejak menjadi utusan.

Dia mengatakan dia telah membuat enam permintaan menjelang kunjungannya itu mengenai permasalahan mengenai ksekusi, pembebasan semua anak dalam tahanan, pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan, dan untuk segera mengakhiri kekerasan termasuk pemboman udara, pembebasan semua tahanan politik dan pertemuan dengan Aung San Suu Kyi.

Selanjutnya, Ia menekankan bahwa keterlibatan PBB dengan para jenderal Myanmar tidak mendapatkan solusi yang adil.

Namun, Heyzer juga mengatakan sekali lagi bahwa sangat senang telah mengunjungi Naypyidaw dan menambahkan jika ia mengunjungi Myanmar lagi dia hanya ingin bertemu dengan San Suu Kyi.***

Editor: Iqbal Aulia

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini