Anggap Masa Depan sudah tidak ada, Warga Afghanistan Memilih Lari ke Narkotika

- 27 Juli 2022, 11:45 WIB
Perempuan Afghanistan membawa wadah air melalui puing-puing rumah yang rusak setelah gempa baru-baru ini di desa Wor Kali di distrik Barmal provinsi Paktika, Afghanistan, 25 Juni 2022.
Perempuan Afghanistan membawa wadah air melalui puing-puing rumah yang rusak setelah gempa baru-baru ini di desa Wor Kali di distrik Barmal provinsi Paktika, Afghanistan, 25 Juni 2022. /Foto: REUTERS/Ali Khara/

PR KARANGASEM - Ketergantungan sabu-sabu di wilayah afghanistan semakin merebak dan menjadi masalah di Afghanistan.

Negara yang merupakan produsen terbesar narkotika di dunia itu, kini menjadi sumber utama sabu-sabu dan mentafitamin.

Efek dari adanya berbagai konflik di Afghanistan seperti perang saudara, Taliban, dan invasi amerika menjadi negara tersebut menderita.

Konflik tersebut menyebabkan ekonomi di negara itu semakin terpuruk, bahkan lebih dari setengah populasinya berada dalam kondisi kemiskinan ekstrem (extreme poverty).

Baca Juga: Versi Game of Thrones yang Disempurnakan Akan Tayang Perdana Agustus Ini di HBO Max

Ekonomi Afghanistan semakin runtuh setelah perebutan kekuasaan oleh Taliban pada Agustus 2021 dan adanya penghentian pembiayaan internasional.

Berada di bawah kemiskinan yang sangat lama membuat warga Afghanistan menggunakan narkotika sebagai pelarian karena putus asa akan kehidupan di negaranya.

Banyak keluarga yang dulu mampu bertahan untuk menemukan sumber pendapatan kini bahkan tidak mampu untuk membeli makanan.

Di sekitar Kota Kabul, seperti di taman, di bawah jembatan, dan lereng bukit, banyak ditemukan warga yang berkumpul untuk mengonsumsi obat-obatan terlarang.

Halaman:

Editor: Iqbal Aulia

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x